Catatan Kecilku

Perjalanan mencari Ilmu sungguh Indah

Category Archives: Kisah

Jayagiri – JAlan jalan YA Ga harus bikin RIsi(kantong) | Wisata Alam Bandung

20 Januari 2013

Jayagiri, terletak di daerah lembang, utara kota bandung, jawa barat. Alternatif liburan untuk wisata alam dengan harga yang murah, cuma Rp.5000 untuk tiket masuk ke kawasan ini(belum termasuk ongkos parkir, jajanan, bandrek :p ).

Untuk bisa mencapai kawasan ini diperlukan perjalanan selama 20 menit dari setiabudhi, Bandung. Tak banyak wisatawan yang saya temui berkunjung ke tempat ini, tapi bagi para pecinta alam, penikmat keindahan, penghirup udara segar tempat ini sangat cocok untuk disinggahi.

Pada kesempatan kali ini, saya dan teman saya berkunjung ke kawasan ini hanya sekedar olah raga, olah tubuh, dan refreshing dari kebisingan, polusi, kemacetan kota bandung yang kian hari makin menyusul ibu kota negara. Seperti pada perjalanan mendaki lainnya, hanya barang yang sangat amat penting saja yang dibawa untuk menemani pendakian. Jikalau hendak camping atau menginap di puncak gunung ini, ada juga spot-spot landai yang cocok untuk tenda. Baca pos ini lebih lanjut

Pengalaman Pertama… (diTilang)

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, saya mengemudikan kendaraan roda dua, kena Tilang!…

Mau damai ?

maaf, saya masih punya waktu luang. (pdhl lagi ga ngantongin uang)

ketika diminta SIM(Surat Izin Men************), alhamdulillah saya sudah punya.. Tanpa nembak lho!

lalu saya minta surat tilang yg warna BIRU saja…

(karena membaca cerita https://www.facebook.com/groups/kuliah.islam/permalink/302323119814079 )

….

tapi ada yang beda, saya tidak disuruh untuk ke ATM BRI, tapi suruh ke bank BRI langsung..

Ok tak masalah, sambil jalan2 pikirku.

setelah ke pom bensin, sambil tanya bank BRI, saya pun sampai di bank tersebut.

ketika tanya kepada petugas, “pak, saya mau bayar tilang dimana ya?”

“bisa lihat surat tilangnya”, ujar petugas dengan nada kurang tegas(karena bukan polisi).

“ini” sambil memberikan secarik kertas warna BIRU yang berisi keterangan kalau saya diTilang.

“wah, ini ga bisa bayar disini. karena nominalnya tidak  ditulis..” kata petugas bank.

TIDAAAK..

Polisi itu sukses mengerjaiku…

“Kalau gtu langsung saja ke POLRESTABES, nanti disana juga bisa langsung bayar.” ucap pegawai yang ramah itu.

Sesampainya di POLRESTABES, saya bertanya kepada bapak-bapak yang berseragam Polisi.

“pak saya mau bayar Tilang, dimana ya tempatnya” ucapku.

“lihat surat tilangnya” kata bapak berkumis itu.

“ini ditilangnya barusan ya? klo iya, belum bisa diambil disini. karena petugasnya belum setor kesini” ucapnya dengan nada ringan.

“klo bayar disini bisa ga? trus saya ke TKP penilangan untuk menebus SIM saya.” tanyaku.

“wah, itu tidak bisa. besok saja kesini lag. terus langsung saja ke bagian Pelanggaran Lalu lintasi” kata pak polisi.

*waduh, repot juga klo besok harus kesana lagi.

“apakah tidak ada prosedur bayar di ATM terus serahkan bukti transfer ke polisi yang menilang untuk menebusnya?” tanyaku dengan nada sok kritis.

“saya tidak tahu kalo tentang hal itu” sambil pergi berlalu dan mengucapkan kepadaku untuk kembali kesini lagi besok.

WEW!, what wrong with this Institution ?, apakah cerita di grup tadi bohong ya? atau masih kurang so-sial-isasi? atau pura-pura tidak tahu? atau memang tidak mendengarkan saat penyuluhan? atau dan atau…

praduga yang tak bermanfaat..

aku keluar dari tempat itu. baru beberapa meter…

eh, itu ada pintu lagi.(SATUAN LALULINTAS)

ternyata saya salah pintu saudara-saudara…:p

Setelah memasuki ruangan, saya kembali menyodorkan kertas BIRU tadi.

“barusan ya kena tilangnya? oh petugas penilangnya pak ****** baru saja dari sini tadi.”

lalu petugas mencari surat tilang+SIM yang ditahan saat tragedi penilangan terjadi.

ketemu.

“mau sidang? bayar ke BRI? atau ‘titip’ ke saya?” ujar petugas tadi.

Titip = Rp.30.000

Sidang = tidak dikasih tahu harganya, SIM untuk sementara ditahan sampai sidang. kalau sidang, kertas BIRU nya saya ganti ya jadi warna MERAH(artinya melawan petugas).

BRI = bisa Rp.100.000 atau sesuai dengan pasal yaitu Rp.500.000

hatiku bimbang,

sendirian,

belum pengalaman,

ga punya uang,

belum makan siang,

besoknya harus sidang (mata kuliah PLA),

bapakku bukan polisi,

apalagi ibuku,

pamanku ga ada yang jadi polisi,

temanku yang polisi gatau nomor hapenya…

…#stop

“yaudah pak saya ‘titip’ saja ke bapak. Rp.30.000 ya?” nada orang surut harapan.

SIM ku telah kembali, tapi masih berbekas hekter..

diluar ruangan aku merenung…

apa benar klo lewat BRI sampe harga segitu?

***

kenapa ‘keukeuh’ pengen lewat BRI?

karena menurut info yang saya dapat, jika kita bayarnya lewat BRI maka dananya masuk ke kas negara. jika tidak, tak tahu nyangkut dimana nasibnya…

total pengeluaran:

Tilang                     = Rp. 30.000

Parkir BRI               = Rp.   1.500

Parkir Polrestabes  = Rp.   1.000

Bensin                    = Rp.    5.000 (eh, ini mah ga masuk dink)

perkiraan waktu yang digunakan 50 menit (14.30-15.20 WIB)

coba klo ‘damai’,

mungkin bisa lebih murah,

hemat waktu,

hemat tenaga,

hemat bensin…

tapi, saya tak dapat pengalaman ini.

saya tidak mencoba untuk ‘jadi WNI yg baik’.

Pelanggaran:

– lewat jalan porboden, forbidden, satu arah. kata pak polisi.

kata saya, itu kan ‘jalan tikus’, tidak ada rambu satu arah, memang jalan yang tidak biasa digunakan, tapi selama ini aman-aman saja, karena sungguh amat sangat jarang kendaraan yang lewat sini, apalagi dari arah yang berlawanan, jalannya jelek, bukan aspal, tanah becek berbatu.

-tapi disana ada rambu dilarang, kata polisi.

itu kan rambu yang lama, sebelum jalanan ini ditutup dan dijadikan satu arah, mana mungkin masih berlaku juga, secara kasat mata jalan itu memang tak ada arah untuk memutar, jadi pengendara pun tak akan ada yang lewat situ, tempat itu juga sudah jadi lapak jualan, bukan lagi jalan.

– tetep aja masih ada sign nya.

😐

Hikmahnya:

– cari aman, jangan melanggar

– harus lebih waspada akan keberadaan polisi

– mesti cari info lebih mengenai peraturan per-Tilang-an

– silahkan jika mau menambahkan…

 

O: jika ada yang salah tolong dikoreksi ya…#belajarMenulis

Ketika Akhwat Jatuh Cinta

Akhwat Jatuh Cinta?

Tak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia…
Bukankah cinta adalah fitrah manusia?
Tak pantaskah akhwat jatuh cinta?
Mereka juga punya hati dan rasa…
Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya?
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada… Baca pos ini lebih lanjut

Akulah Lelaki Paling Bahagia: “Di Gubukku Ada Bidadari”

“Kesahajaanmu benar-benar menggelombangkan air mataku. Melihat semburat bahagia terbit di wajahmu, kembali kurasakan tetesan bening bak kristal itu mengalir syahdu dari pelupuk mataku.”

Saat itu. . .

Aku sudah mengenalmu karena memang engkau adalah tetangga dekatku. Olehku, benar-benar tak terbayang bahwa engkau kan menjadi kekasih hatiku yang terajut oleh untaian tali pernikahan. Jujur terakui, wajahmu tak terlalu cantik. Namun begitu, sulit pula bagi lidahku untuk kututurkan bahwa engkau jelek rupa. Biasa saja. Bagimu, make-up tak begitu penting. Itu kuketahui karena engkau memang tak pernah memoleskannya di wajahmu. Baca pos ini lebih lanjut